“Kami ingin bisa” mungkin itu kalimat yang mendasari kami
dalam mencari serpihan ilmu jurnalistik di MTs. Bahrul ulum Genukatu. Tak ada
guru profesional di bidang jurnalistik, tak ada alat yang memadai bukan menjadi
hambatan bagiku dalam mengumpulkan serpihan serpihan ilmu di dunia jurnalistik,
aku hanya punya kemauan kuat.
Membimbing peserta didik yang baru lulus sekolah tingkat
dasar menjadi tantangan tersendiri bagiku dalam mengenalkan ilmu yang penuh
dengan rangkaian rangkaian kata ini.
Jenuh, bosan, bingung, ngantuk, tidak tau harus berbuat apa
adalah ucapan yang sering kudengan dari peserta didik yang kadang membuatku
ingin menyerah dalam membagi serpihan
ilmu tentang jurnalistik. Namun hal tersebut selalu hilang dengan sekejap
ketika aku kembali melihat karya karya mereka baik karya tulis maupun video
yang mereka buat.
Tak ada buletin, tak ada majalah, hanya sekedar mading
berukuran 2 x 1,5 m serta alamat website gratis (blogger) yang selalu setia
memajang karya karya mereka yang bisa kunikmati setiap saat.
Tak terasa empat tahun sudah aku berbagi dengan mereka
tentang serpihan serpihan ilmu jurnalistik yang aku juga masih meraba raba
ramuan apa yang cocok agar ilmu ini dapat tersampaikan dengan baik kepada
anak-anak yang usianya baru lulus sekolah dasar ini.
Sudah banyak karya mereka terpajang di blogger setiaku www.mtsbugenukwatu.blogspot.com
mulai dari tulisan hingga berupa video-video karya mereka saat liputan.
Pernah suatu ketika muridku membuat kenangan yang mungkin
hingga kini tak dilupakannya. Saat kuberi tugas kelompok untuk meliput
disekitar madrasah, murid yang masih lugu itu datang kerumah orang yang salah
satu keluarganya meninggal karena kecelakaan, Tak basa basi mereka langsung
menanyakan hal hal penyebab kematiannya yang langsung membuat istri yang
ditinggalkan kembali menangis. Mereka pun langsung meminta maaf dan izin untuk
kembali ke madrasah. Bukan karena lalai namun memang sengaja kulepaskan mereka
agar punya kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat. Mungkin mereka masih lugu
sehingga lupa saat pelajaran kode etik disampaikan.
Bertahun tahun kini doaku terdengar, hingga tim PWI dari
jombang memberikan surat dalam rangka sekolah jurnalistik pelajar dan santri 2015 yang dilaksanakan dua
hari mulai tanggal 4-5 desember 2015.
Segudang ilmu kami dapatkan meski hanya berjalan dua hari. Hal
hal yang disampaikan kini kuulang kembali demi meningkatkan kemampuan anak anak
dalam menulis dan membuat video jurnalistik.
Kini mereka mulai tumbuh dan mampu merakit kata demi kata serta
mampu memproduksi liputan video diusianya yang masih belia. Tekat kami hanya satu
“Kami Ingin Bisa”. (irw)